JURNAL IT - Instagram kini tengah merombak algoritma rekomendasi konten yang menurut para analis merupakan upaya Meta untuk memanfaatkan situasi sulit yang sedang dialami TikTok.
Perubahan pada sistemnya dalam merekomendasikan konten, terutama pada Reels - yaitu layanan video berdurasi pendek - akan memprioritaskan konten orisinal dan "memberikan kesempatan yang sama kepada semua kreator untuk meraih popularitas".
Para ahli berpendapat bahwa platform milik Meta ini mencoba meniru langkah yang menjadi pendorong kesuksesan TikTok - seiring dengan potensi pelarangannya di Amerika Serikat.
Namun beberapa orang dalam komunitas kreator mengatakan perubahan tersebut mungkin datang terlambat, terutama bagi pengguna yang mungkin telah kehilangan kesabaran akan kebijakan Instagram pada fitur Reels.
Dalam sebuah postingan blog, Instagram mengatakan akan "memperbaiki" algoritma sebelumnya dalam merekomendasikan konten, yang mana lebih mengutamakan akun dengan jumlah pengikut lebih besar dan "agregator" yang memposting ulang banyak konten milik kreator lain.
Perubahan ini rencananya akan diluncurkan dalam beberapa bulan kedepan.
Jasmine Enberg, kepala analis media sosial di eMarketer, mengungkapkan bahwa sudah jelas apa yang diincar oleh Instagram.
"Persaingan memperebutkan para kreator TikTok sedang berlangsung," ungkapnya.
Algoritma TikTok yang sangat personal dan Halaman For You yang berisi konten yang direkomendasikan telah membuatnya menjadi "platform pilihan" bagi para kreator baru yang ingin meraih popularitas, ujarnya.
Kemampuan TikTok dalam mempromosikan video viral, terlepas dari siapa pun penciptanya, adalah hal yang membuat TikTok begitu populer di seluruh dunia - dan itulah yang ingin ditiru oleh Meta, terutama dengan masa depan saingannya tersebut yang masih diperdebatkan, setidaknya di Amerika Serikat.
"Instagram ingin menjadi platform yang tepat bagi para kreator jika seandainya TikTok benar-benar dilarang," jelas Enberg.
Penyesuaian pada konten orisinal
Namun ini bukan pertama kalinya Meta mencoba bereksperimen dengan Instagram - dan tidak ada jaminan bahwa hal ini akan berhasil, baik untuk kreator maupun audiens.
Katy Cowan, pengelola Creative Boom - platform berbasis di Manchester untuk kreator desain - menyatakan bahwa hal ini merupakan "pukulan telak" bagi para kreator kecil.
Menurutnya, hal ini mungkin datang "terlambat" bagi mereka yang frustrasi karena seringnya terjadi perubahan layanan platform serta algoritma.
"Menurut saya, orang-orang sudah muak dan lelah dengan perubahan yang dilakukan Instagram," katanya.
"Saya suka Instagram dan di sanalah saya membangun audiens saya, tapi perubahan yang terus menerus dalam hal jangkauan dan pertumbuhan yang tersendat-sendat membuatnya tidak sebanding dengan investasi waktu yang saya keluarkan," tulis pembuat film Travis Meadors di aplikasi Meta pada postingan teks, Threads.
Di dalam perubahan yang akan dilakukan dalam beberapa bulan ke depan, akun "agregator" yang secara berulang-ulang memposting konten yang tidak mereka buat, atau mengedit materinya, tidak akan disertakan di area aplikasi yang direkomendasikan kepada pengguna, seperti di feed Explore atau Reels.
Instagram juga akan "memberi penghargaan" kepada kreator asli dengan mengganti salinan video dengan video aslinya pada area rekomendasi yang memuat beberapa salinan.
Hal ini tidak akan berlaku untuk konten yang di-remix atau diedit menjadi meme atau parodi, katanya.
Instagram juga akan menerapkan label yang mengaitkan kreator asli pada setiap konten mereka yang diposting ulang.
"Dibutuhkan banyak waktu dan usaha untuk membuat konten orisinal, jadi mereka yang membuatnya harus mendapatkan penghargaan dan distribusi meskipun konten tersebut diposting ulang oleh akun lain," kata Instagram.
Meta bukan satu-satunya platform media sosial yang merombak layanan mereka di tengah-tengah situasi sulit yang dialami TikTok.
Platform live-streaming populer Twitch - milik Amazon - juga baru saja meluncurkan feed video pendek ala TikTok miliknya untuk semua pengguna.
"Discovery Feed" pada aplikasi mobile Twitch akan memberikan pengguna perpaduan klip dan live streaming yang dipersonalisasi dan dapat digulir untuk "membantu pemirsa menemukan konten yang bisa dinikmati dengan cepat dan membantu streamer agar lebih mudah ditemukan, bahkan ketika mereka tidak sedang live".
Pertanyaan yang muncul adalah apakah perubahan ini merupakan hal yang sebenarnya diinginkan oleh para kreator - dan pelanggan, kata Kate Cowan.
Banyak kreator yang kini beralih ke platform lain seperti LinkedIn untuk mencari audiens.
Beberapa orang, katanya, berpendapat bahwa kunci untuk menjangkau audiens di masa depan mungkin justru terletak pada pendekatan yang sudah ada di masa lalu, dan "kembali ke metode promosi konvensional" seperti acara tatap muka dan pertemuan.(*)
0 Komentar