JURNAL IT - Apakah mungkin menghadapi pembully hingga mereka menyesal telah memilih kita sebagai target?
Seorang mantan narapidana gulag Soviet yang kini menulis novel semi-otobiografi berjudul Grim Begins menjawab dengan tegas, "bisa".
Dengan pengalaman hidup yang keras sejak kecil, pria ini mengklaim bahwa pelajaran paling tajam datang dari ayahnya yang kejam, dan semakin dalam ketika ia harus bertahan di penjara Siberia.
Dalam buku tersebut, ia merangkum tujuh prinsip menghadapi pembully yang disebutnya sebagai “aturan jalanan untuk bertahan hidup”—baik di sekolah, di kantor, maupun di balik jeruji besi.
Lalu, bagaimana strategi yang dia bagikan bisa diterapkan oleh siapa pun—baik pelajar, karyawan, atau bahkan pemimpin perusahaan? Berikut penjelasannya.
1. Kekuatan Dimulai dari Tatapan Mata
Bukan menatap tajam, bukan pula menghindar. Pandangan mata harus seimbang—tidak agresif, tapi juga tidak lemah.
“Power is balance,” katanya. Mata adalah senjata sekaligus indikator seberapa kuat seseorang.
Dalam banyak budaya, termasuk di penjara, cara seseorang melihat bisa menjadi pembuka atau penutup konflik.
2. Bahasa Tubuh Menentukan Rasa Hormat
Ia menyarankan untuk berdiri tegak, pandangan lurus ke depan, dada terbuka.
Bayangkan ada benang tak terlihat yang menarik kepala ke atas, membuat dagu sedikit menunduk.
“Orang sombong sering mengangkat dagunya. Tapi mereka adalah yang paling cepat tumbang,” tulisnya.
3. Pola Pikir: Saya Oke, Kamu Oke
Jangan langsung menganggap orang lain sebagai musuh. Mulailah dengan sikap kooperatif, tapi tetap siaga.
Jika ada yang melewati batas, beri respons cepat sebagai peringatan, lalu tawarkan kerja sama.
Ini prinsip yang ia sebut sebagai level tertinggi dari game theory (teori permainan), yang berlaku di taman kanak-kanak, ruang tahanan, bahkan ruang rapat eksekutif.
4. Jangan Pernah Bereaksi dengan Emosi
Pembully suka memancing amarah atau ketakutan. Kuncinya adalah tetap tenang, gunakan logika, dan bahkan humor.
“Ketenanganmu adalah perisai sekaligus pedang,” katanya.
Reaksi emosional hanya akan memberi bahan bakar bagi mereka yang ingin menjatuhkan kita.
5. Bangun Aliansi Sejak Dini
Membangun relasi adalah strategi penting. Mulailah dengan melakukan kebaikan kecil, karena satu bantuan bisa berbuah koneksi, dan koneksi bisa tumbuh menjadi aliansi atau bahkan pertemanan.
Dalam sistem sosial mana pun—termasuk lingkungan keras seperti penjara—orang yang terhubung dan berguna sulit disentuh oleh para pembully.
6. Asah Keterampilan Setiap Hari
Apapun keahlian yang dibutuhkan di tempat kita berada—entah berbicara dengan cerdas, berpikir strategis, atau bela diri—latihlah setiap hari.
Orang yang kompeten jarang dijadikan target, apalagi jika tidak suka pamer.
Seperti pisau, ketajaman karakter datang dari proses mengasah terus-menerus.
7. Diam Adalah Senjata Paling Tajam
Diam, dipadukan dengan kontak mata yang tenang dan postur yang kuat, bisa menciptakan aura karisma dan kekuatan yang sulit dijelaskan.
Dalam banyak situasi, diam yang strategis membuat lawan berpikir dua kali sebelum melangkah lebih jauh.
“Silence is your master, your protector, and your charisma,” tutupnya.
Dari Gulag ke Buku Inspiratif
Kisah ini terangkum dalam Grim Begins, sebuah novel semi-otobiografi yang mengisahkan perjalanan seorang pemuda melarikan diri dari ayahnya yang kasar, hanya untuk terseret ke dalam dunia penyelundupan narkoba dan akhirnya dijebloskan ke gulag Soviet.
Buku ini bukan hanya kisah kelam, tetapi juga metafora tentang perjalanan manusia dari kelemahan menuju kekuatan.
Penulisnya berharap cerita ini menjadi sumber kekuatan bagi siapa pun yang sedang menghadapi tekanan dalam hidup.
Apakah aturan dari dunia mafia dan gulag bisa relevan untuk kita yang hidup di dunia kerja atau sekolah?
Mungkin terdengar berlebihan. Tapi inti pesannya jelas, kekuatan pribadi dimulai dari cara kita melihat diri sendiri, cara kita membawa diri, dan bagaimana kita membangun hubungan.
Dalam dunia yang kadang juga keras, soft power yang dilapisi mental baja adalah bekal bertahan yang tidak bisa diremehkan.
"Kehormatan bukan soal siapa yang paling keras, tapi siapa yang paling tenang di tengah badai."
— Grim, penulis Grim Begins
Jika Anda ingin membaca kisah penuh tentang bagaimana kekuatan karakter dibentuk di tengah kejatuhan, Grim Begins adalah bacaan yang bisa membuka perspektif baru—tentang kekerasan, kehormatan, dan pilihan untuk bangkit.(*)
0 Komentar