Google Hanya Punya Dua Minggu Ubah Android Setelah Kalah Lawan Epic

JURNAL IT - Google mengakui hanya punya waktu 14 hari untuk mulai membuka sistem Android setelah kalah dalam gugatan antitrust melawan Epic Games. 

Hal ini terungkap dalam dokumen permohonan darurat yang diajukan perusahaan teknologi tersebut ke pengadilan.

Dalam gugatan ini, hakim memutuskan Google harus menghentikan praktik bisnis yang dianggap memonopoli pasar aplikasi. 

Perubahan yang diminta mencakup penghentian kewajiban penggunaan Google Play Billing, memberi kebebasan bagi pengembang aplikasi untuk mengarahkan pengguna ke metode pembayaran lain, hingga melarang pemberian keuntungan khusus bagi pembuat ponsel agar memasang Play Store di posisi strategis.

Google beralasan bahwa tenggat 14 hari tersebut bisa berdampak besar pada jutaan pengguna Android dan lebih dari 500 ribu pengembang aplikasi. 

Dalam permohonan daruratnya, Google menyebut perubahan cepat ini berisiko menimbulkan masalah keamanan dan mengganggu ekosistem Android.

Namun, pada Jumat sore, pengadilan memberi Google penundaan sementara atau emergency stay. 

Dengan penundaan ini, Google kini memiliki waktu setidaknya tiga minggu sebelum aturan tersebut harus dijalankan. Meski demikian, proses banding tetap berjalan.

Perintah ini berasal dari Hakim James Donato yang sebelumnya sudah memberi Google waktu delapan bulan untuk menyiapkan sistem keamanan agar nantinya dapat mengizinkan toko aplikasi pesaing hadir di Android. 

Setelah masa penundaan berakhir, Google masih punya waktu tujuh setengah bulan. 

Toko aplikasi pesaing seperti Epic Games Store atau Microsoft Xbox Store diperkirakan baru akan muncul di Play Store pada tahun 2026.

Akan tetapi, pengadilan tetap memberi penundaan darurat agar Google dapat mengajukan permohonan penundaan jangka panjang ke pengadilan tingkat lebih tinggi. 

Google bahkan memberi sinyal siap melanjutkan banding hingga ke Mahkamah Agung.

Rincian Aturan yang Wajib Dijalankan Google

Pengadilan mengeluarkan instruksi permanen dengan batas waktu tiga tahun hingga 1 November 2027. Instruksi ini mencakup enam poin berikut.

  1. Google dilarang membagi keuntungan dari Play Store dengan pihak manapun yang mendistribusikan aplikasi Android atau yang berencana meluncurkan toko aplikasi Android baru.

  2. Google dilarang memberi syarat berupa pembayaran atau akses layanan agar aplikasi dirilis pertama atau eksklusif di Play Store.

  3. Google tidak boleh memberi syarat agar pengembang aplikasi tidak meluncurkan versi lain di toko aplikasi pihak ketiga.

  4. Google dilarang memberi kesepakatan khusus dengan produsen ponsel atau operator agar Play Store ditempatkan di posisi strategis pada perangkat.

  5. Google dilarang mewajibkan penggunaan Google Play Billing dan melarang metode pembayaran lain. Pengembang bebas memberikan pilihan pembayaran kepada pengguna.

  6. Google dilarang membatasi pengembang untuk memberi informasi harga dan tautan download aplikasi di luar Play Store.

Selain itu, dalam waktu 30 hari Google dan Epic harus membentuk sebuah komite teknis beranggotakan tiga orang. 

Komite ini bertugas menengahi masalah teknis yang muncul selama Google mempersiapkan sistem baru.

Dokumen gugatan Google


Risiko yang Diperdebatkan Google

Google berpendapat bahwa aturan ini bisa membuka celah keamanan. 

Perusahaan menilai tautan ke luar Play Store bisa digunakan pihak jahat untuk menyebarkan malware dan metode pembayaran di luar Play Billing dianggap lebih rawan penipuan. 

Namun, pengadilan tetap menegaskan aturan harus berjalan, meski memberi waktu tambahan melalui penundaan darurat.

Jika Epic dan pengadilan berhasil menekan Google, industri aplikasi Android akan mengalami perubahan besar. 

Ekosistem aplikasi tidak lagi sepenuhnya dikuasai Google dan membuka peluang lebih luas bagi pengembang dan toko aplikasi pihak ketiga.

Dampak Jangka Panjang pada Industri Aplikasi Android

Keputusan pengadilan ini diperkirakan akan mengubah peta industri aplikasi Android. 

Jika aturan benar-benar dijalankan tanpa penundaan lebih lama, pengembang akan mendapat kebebasan lebih luas untuk menentukan cara distribusi dan pembayaran aplikasi.

Pengamat menilai, pembukaan ekosistem Android dapat memicu munculnya toko aplikasi baru dari berbagai perusahaan teknologi. 

Hal ini akan menciptakan kompetisi lebih ketat dan bisa mengurangi dominasi Play Store. Konsumen pun berpotensi mendapatkan lebih banyak pilihan aplikasi dan cara pembayaran.

Di sisi lain, beberapa analis juga mengingatkan adanya risiko baru. 

Dengan banyaknya jalur distribusi aplikasi di luar Play Store, keamanan dan kualitas aplikasi bisa lebih sulit dikendalikan. 

Tantangan keamanan siber akan semakin besar, terutama di negara-negara dengan tingkat literasi digital yang rendah.

Persaingan yang Menjadi Sorotan Global

Kasus antara Google dan Epic ini menjadi salah satu contoh terbesar dari pertempuran hukum antara raksasa teknologi dan pengembang aplikasi di seluruh dunia. 

Hasil akhir kasus ini akan mempengaruhi aturan persaingan di sektor digital, tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di Eropa dan Asia.

Jika banding Google gagal, para pengamat memperkirakan model bisnis toko aplikasi akan berubah total dalam beberapa tahun ke depan. 

Bahkan bukan tidak mungkin sistem distribusi aplikasi di Android akan meniru konsep terbuka seperti di komputer desktop.

Keputusan ini menjadi titik awal yang dapat menentukan arah masa depan Android. 

Bagi pengguna dan pengembang aplikasi, perubahan ini adalah angin segar. 

Namun, bagi Google, langkah ini merupakan tantangan besar yang menguji seberapa jauh mereka siap membuka ekosistem Android yang selama ini dikendalikan ketat.

Latar Belakang Konflik Epic dan Google

Perselisihan antara Epic Games dan Google berawal pada tahun 2020. 

Epic Games, pengembang game populer Fortnite, menggugat Google karena dianggap memonopoli pasar distribusi aplikasi Android melalui Google Play Store.

Epic menuduh Google memaksa pengembang menggunakan sistem pembayaran Google Play Billing dengan potongan biaya hingga 30 persen. 

Biaya Tinggi dan Aturan Ketat

Selain itu, Google juga dituding memberi keuntungan khusus bagi produsen ponsel dan operator agar tidak mempromosikan atau memasang toko aplikasi lain.

Sebagai bentuk protes, Epic sempat mengarahkan pemain Fortnite untuk mengunduh game langsung dari situs mereka tanpa melalui Play Store. 

Langkah ini membuat Google menghapus Fortnite dari Play Store. Sejak saat itu, perseteruan berlanjut ke meja hijau.

Pada akhir 2023, pengadilan memutuskan Epic menang dan Google terbukti melakukan praktik antimonopoli. 

Namun, proses banding membuat penerapan aturan masih tertunda. Putusan pengadilan terbaru yang memaksa Google melakukan perubahan besar ini adalah kelanjutan dari proses hukum tersebut.

Kasus ini juga memiliki dampak luas karena Epic sebelumnya melakukan hal serupa terhadap Apple dengan hasil sebagian kemenangan, khususnya terkait kebebasan pengembang memberi informasi pembayaran di luar App Store.

Pandangan Pakar Hukum Teknologi

Beberapa pakar hukum teknologi menilai posisi Google di banding cukup sulit. 

Profesor Sarah Miller, pakar hukum persaingan usaha dari University of California, menjelaskan bahwa tren pengadilan di Amerika Serikat saat ini lebih ketat mengawasi dominasi perusahaan teknologi besar. 

Menurutnya, alasan keamanan yang disampaikan Google bisa dipertimbangkan, tetapi tidak cukup kuat untuk membatalkan keseluruhan putusan.

Sementara itu, analis industri digital David Kim berpendapat bahwa pengguna Android bisa menjadi pihak yang paling diuntungkan jika banding Google gagal. 

Ia mengatakan bahwa pasar aplikasi akan lebih terbuka, biaya distribusi bisa turun, dan pengembang kecil mendapat peluang bersaing lebih adil.

Namun, Kim juga mengingatkan bahwa transisi ini tidak akan mudah. Google harus memastikan ada sistem keamanan yang mampu melindungi pengguna dari aplikasi berbahaya di luar Play Store. 

Jika tidak diantisipasi dengan baik, risiko keamanan bisa meningkat.

Dalam beberapa minggu ke depan, pengadilan akan memutuskan apakah Google akan mendapatkan penundaan tambahan atau tidak. 

Jika permohonan banding Google ditolak, perubahan aturan harus segera berjalan, meski dengan jadwal implementasi yang sudah ditetapkan.

Kasus ini bukan sekadar tentang bisnis aplikasi. Ini adalah ujian besar bagi masa depan ekosistem Android, sekaligus pertarungan antara inovasi dan kontrol yang akan menentukan wajah industri teknologi dalam beberapa tahun ke depan.(*)



Posting Komentar

0 Komentar