Merayakan Idul Fitri Dengan Teknologi

JURNAL IT - Umat Muslim di seluruh dunia akan merayakan Idul Fitri 1444H minggu ini, menandai berakhirnya bulan puasa Ramadan. 

Di dunia yang didominasi oleh smartphone saat ini, pengalaman merayakan Idul Fitri dapat ditingkatkan dengan berbagai aplikasi yang menawarkan berbagai cara untuk mendekatkan keluarga dan teman-teman selama musim liburan.

Menurut laporan Masterplan on ASEAN Connectivity 2025, teknologi digital di ASEAN dapat bernilai hingga US$625 miliar pada tahun 2030 (delapan persen dari produk domestik bruto atau PDB ASEAN), yang mungkin berasal dari peningkatan efisiensi, produk, dan layanan baru.

Ada banyak aplikasi yang tersedia bagi umat Muslim yang pandai dalam teknologi untuk membantu mereka menjalankan tugas-tugas keagamaan selama bulan Ramadan. 

Ada aplikasi yang membantu menghitung waktu salat, beramal dengan mudah, mengarahkan umat Muslim ke Mekah, bahkan menunjukkan tempat makanan halal. Ada juga ratusan aplikasi Al-Quran yang membantu pengguna menghafal kitab suci dengan terjemahan dan rekaman audio.

Laporan Appsflyer 2019 Market Insights melaporkan bahwa selama Ramadan, orang-orang di Malaysia, Indonesia, dan Singapura semakin banyak menggunakan telepon mereka untuk belanja, mencari informasi, atau sekadar hiburan. Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa Indonesia masih memimpin dalam tingkat pertumbuhan instalasi aplikasi di berbagai sektor, tumbuh hingga 26 persen pada tahun 2018. 

Pertumbuhan pendapatan aplikasi belanja berubah secara signifikan sebelum, selama, dan setelah Ramadan, sementara aplikasi perjalanan mendaftar pertumbuhan pendapatan yang paling konsisten dan kuat, bersama dengan aplikasi sosial dan pesan.

Pada tahun 2017, Data Waze melacak lalu lintas di Indonesia dan Malaysia menemukan bahwa Ramadan adalah periode lalu lintas tersibuk di kedua negara tersebut. Waze juga menemukan bahwa komunitas Muslim di Indonesia dan Malaysia bergantung pada teknologinya untuk menghindari kemacetan dan rintangan jalan agar bisa sampai ke rumah tepat waktu untuk merayakan Idul Fitri bersama orang-orang yang dicintai dan keluarga.

Tahun ini, lebih dari satu juta kendaraan diperkirakan akan masuk ke negara bagian utara Kelantan di Malaysia selama periode Idul Fitri, seperti yang dilaporkan oleh Kepala Polisi Negara, Hasanuddin Hassan. "Kepadatan arus mudik diharapkan akan terus berlanjut hingga beberapa hari sebelum Hari Raya," tambahnya.

Di Malaysia, lalu lintas meningkat hingga 25 persen, hanya untuk mencapai puncak pada akhir pekan berikutnya. Selama sebulan penuh, "Wazers" Indonesia mengemudi hingga 45 persen lebih banyak setiap harinya selama Idul Fitri.

Perubahan Tradisi

Alat dan gadget yang tersedia hanya sebaik (atau buruk) cara mereka digunakan. Pembatasan antara generasi tua dan muda dan bagaimana mereka berinteraksi dengan teknologi semakin cepat menutup, karena teknologi telah berhasil menembus setiap lapisan masyarakat. Namun, teknologi terus dituduh menyebabkan jarak dalam keluarga, di mana privasi individu membuat hubungan menjadi kurang terbuka.

Tantangan lain untuk dinamika keluarga adalah pengaruh teknologi pada bahasa anak muda. Kakek-nenek dan orang tua kesulitan memahami bahasa baru ini, membuat komunikasi antara generasi semakin sulit.

Teknologi juga menimbulkan persoalan etika bagi umat Muslim, dengan perdebatan mengenai bagaimana seharusnya dan tidak seharusnya mempengaruhi gaya hidup dan agama seseorang. 

Seyyed Hossein Nasr, seorang sarjana terkenal asal Iran telah memperingatkan umat Muslim agar tidak "sangat naif dan berpikir bahwa teknologi itu hanya netral." Ia tidak meminta boikot teknologi, tetapi ia meminta umat Muslim untuk kritis terhadap teknologi, nilai-nilai, dan tujuannya.

Di masa lalu, kartu ucapan digunakan untuk mengucapkan selamat Idul Fitri kepada teman, keluarga, dan kenalan. Namun, ucapan Idul Fitri saat ini sebagian besar dilakukan melalui WhatsApp, aplikasi pesan populer. Perubahan ini tidak sepenuhnya buruk, karena membantu mengurangi pemborosan kertas.

Hubungan sehat dengan teknologi

Keuntungan dari teknologi adalah kemudahan bagi keluarga untuk tetap berhubungan dengan orang-orang tercinta selama Hari Raya Idul Fitri. Skype, FaceTime, WhatsApp, dan banyak lagi aplikasi panggilan video lainnya menawarkan tingkat komunikasi yang tidak dapat diberikan oleh panggilan telepon dan pesan teks.

Menurut Data Internal Google 2017, tradisi makanan sangat penting selama Ramadan dan Idul Fitri, terbukti dengan peningkatan 220 persen dalam permintaan pencarian terkait makanan selama Ramadan di Indonesia dan kenaikan 140 persen untuk pencarian yang sama di Malaysia. 

Pencarian resep dan tutorial video melonjak di YouTube dengan peningkatan 35 persen di Indonesia dan peningkatan 28 persen di Malaysia. Aplikasi resep menjadi penting selama Idul Fitri bagi mereka yang merencanakan open house.

Google juga melaporkan bahwa umat Muslim di Indonesia mengisi ulang paket data untuk tetap terhubung sepanjang musim liburan karena mereka pergi ke kampung halaman dengan akses seluler yang terbatas. 

Orang Indonesia juga membeli paket data video seminggu sebelum liburan agar dapat menelepon dan mengucapkan selamat Idul Fitri kepada orang yang dicintai.

Platform media sosial memiliki jaringan koneksi lintas generasi yang diperluas untuk membantu keluarga dari segala usia untuk terus memperkuat ikatan dan tetap terhubung secara online. Beberapa bahkan membagikan informasi tentang rutinitas harian dan tradisi Idul Fitri mereka dengan non-Muslim yang penasaran. 

Momen bersama teman-teman diperbaharui selama liburan panjang melalui media sosial, sementara beberapa bahkan membuat situs web dan blog mereka sendiri sebagai cara untuk berbagi gambar dan momen penting keluarga. Foto-foto yang diambil kemudian disimpan di Cloud sebagai langkah aman.

Teknologi juga memberikan keluarga berbagai pilihan hiburan yang tak terbatas. Film favorit, musik, dan game juga tersedia melalui layanan streaming dan aplikasi seluler.

Teknologi adaptif membuatnya mungkin bagi orang dengan disabilitas untuk menikmati perayaan Idul Fitri juga. Aplikasi 'Deria Takbir' mengubah gelombang suara real-time menjadi umpan balik visual dan haptik (sentuhan), memungkinkan mereka dengan gangguan pendengaran untuk mendengarkan seruan shalat Idul Fitri pada pagi hari.

Meskipun teknologi mengubah setiap aspek kehidupan sehari-hari, praktik inti Idul Fitri tidak berubah, karena masih membutuhkan seseorang untuk mengunjungi masjid untuk shalat subuh, mengunjungi keluarga dan teman, dan menikmati hidangan yang lezat. Namun, bagi banyak orang yang merayakan, teknologi adalah sebuah anugerah.(*)

Posting Komentar

0 Komentar