Inspirasi untuk Tetap Bertahan dalam Situasi Sulit

JURNAL IT - Kisah perjalanan karir seseorang dapat menjadi sumber motivasi dan inspirasi bagi banyak orang. Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah tersebut, dan inilah kisah motivasi dari seorang recruiter yang mengalami perubahan besar dalam dirinya ketika menghadapi sebuah tantangan besar di pekerjaannya.

Berikut diari seorang recruiter yang telah mengabdikan dirinya pada dunia recruitment selama beberapa tahun. Namun, suatu hari, atasannya memberikan tugas yang berbeda daripada pekerjaannya yang biasa. Ia di-assign untuk meng-handle sebuah proyek yang bukan keahliannya.

Bagaimana kisahnya mengajarkan kita bahwa setiap tantangan dalam pekerjaan dapat menjadi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Ketika kita menghadapi situasi yang sulit, jangan menyerah dan terus berusaha. Terimalah situasi tersebut sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh.


Waktu menunjukkan lewat dari jam 10 malam, waktu mobil operational yang mengantar kami pulang, meninggalkan kantor di bilangan Kuningan Jakarta Selatan.

Sementara rekan kerja Saya, sibuk mengajak ngobrol sopir sambil menahan kantuk di samping kanannya, Saya memilih setengah meringkuk di pojok kursi belakang.

Wajah Saya terus menerus memandang ke luar jendela, sama sekali bukan karena ingin melihat pemandangan, namun karena berusaha menyembunyikan tangis...

Ya, hari itu adalah salah satu hari yang paling sulit dalam perjalanan karir Saya.

Saya seorang recruiter, perjalanan karir Saya bermula dari tester di sebuah Recruitment consultant, dan terus berlanjut di dunia recruitment yang penuh dinamika dan tantangan dalam bertemu orang-orang.

Namun, suatu hari, atasan Saya meng-assign Saya untuk menghandle project HRIS, suatu project yang bukan 'gw banget'.

Bisakah Anda bayangkan, Saya yang biasanya harus berhadapan dengan belasan kandidat interview setiap hari, tiba-tiba harus duduk berjam-jam di belakang meja, mengolah dan memeriksa data-data personel yang akan diupload ke dalam sistem.

Ugh, Very stressful!, ditambah lagi, saat itu Saya baru saja beberapa bulan melahirkan, I have a very cute baby girl waiting for me at home!

Namun, keputusan Saya saat itu adalah: Take Control!

Saya tidak akan membiarkan apapun menggagalkan performance kerja Saya, 'even though' itu adalah karakter dasar Saya sendiri!

Karakter dasar Saya memang seorang Sanguin (Influence - based on DISC Profile), yang konon katanya punya kelemahan: pelupa, ceroboh, suka meremehkan, tidak teliti pada hal-hal detail, pembosan dan seterusnya.

Mengerjakan data HRIS yang jumlahnya ribuan, ditambah lagi dengan tuntutan zero error, karena dipakai juga sebagai sistem payroll, benar-benar membuat Saya hampir mati kutu.

Pada saat itu, Saya dua kali melakukan kesalahan fatal, sekali salah NIK, sehingga salah menggaji orang, dan yang kedua mengirimkan data confidential ke orang yang salah. Benar-benar kesalahan besar!

Akibat dari kesalahan Saya itu, atasan Saya harus memohon maaf kepada CEO, dan mengklaim bahwa itu adalah kesalahannya, Saya sendiri juga kena omel.

'Dikeramasin' secara luar biasa, namun mungkin karena 'keramas' itulah Saya mengalami 'Shifting Paradigm'.

Saya yang semula tidak terlalu mementingkan kelengkapan data, mulai melihat hal itu sebagai hal yang penting, Saya yang semula suka bekerja tanpa pakai aturan, mulai menunjukkan sisi pribadi Saya yang berbeda yang mau bekerja berdasarkan prosedur dan sistem yang ada.

Dari kesalahan-kesalahan itulah Saya mendapatkan energi untuk mem-push diri Saya sendiri : "Kamu harus lebih teliti!", "Kamu harus lebih perhatikan lagi prosedurnya" dan demikian seterusnya.

And it works, setelah proses yang cukup panjang, Saya menemukan diri Saya yang berbeda, lebih teliti, tertata dan mengikuti aturan yang ada.

Waktu Saya memeriksa hasil profiling DISC Saya sekitar akhir tahun 2009, Saya shifting dari profile Influence (I) murni Saya, berubah menjadi IC (influence and Compliance).

Rupanya, tuntutan pekerjaan, teguran dan masukan dari atasan, serta pembelajaran-pembelajaran yang Saya dapat dari kesalahan-kesalahan, membentuk Saya menjadi pribadi yang baru.

Saya ingat sekali perenungan Saya di jok kursi belakang sambil menangis malam itu: Jika Saya hanya bekerja untuk mendapatkan uang gaji yang Saya terima setiap akhir bulan, alangkah dangkalnya Saya!

Namun lihatlah bahwa apa yang Saya lakukan adalah sesuatu yang bisa digunakan untuk memberkati orang lain, lihatlah bahwa apa yang diizinkan terjadi pada Saya saat itu adalah sesuatu yang dapat membentuk karakter Saya di masa depan.

Terbukti benar, sekarang, sekitar 6 tahun kemudian, setelah Saya bekerja di perusahaan berbeda, Saya dapat mengingat pengalaman Saya itu sambil tersenyum, jika dulu Saya tidak dibentuk seperti itu, Saya rasa mustahil Saya bisa duduk di kursi Saya sekarang ini.

Jika dulu atasan Saya tidak assign Saya to handle the HRIS project, kemungkinan Saya cuma adalah seorang recruiter yang tahunya cuma ngetest dan Interview.

Jika Saya tidak melakukan kesalahan-kesalahan, dan menerima setiap teguran yang diberikan, Saya rasa tidak mungkin Saya memiliki kepribadian sekuat sekarang.

Saat ini, saat menuliskan hal ini, Saya tersenyum dan mengucap syukur luar biasa. Dulu Saya memang menghadapinya dengan mencucurkan air mata, namun kini Saya mengenangnya dan menyebutnya berharga.(*)

Posting Komentar

0 Komentar