Era Zero-Click dan AI yang Mengguncang Content Creator

JURNAL IT - Dunia digital tengah mengalami pergeseran besar. Cara kita mengakses informasi di internet berubah secara drastis.

Dulu, ketika seseorang mencari jawaban di Google, mereka akan mengklik tautan biru (blue link) dan mengunjungi situs-situs yang menyediakan informasi. 

Kini, jawaban langsung tersedia di halaman mesin pencari—dan lebih jauh lagi, dalam ringkasan yang dibuat oleh kecerdasan buatan (AI).

Fenomena ini dikenal sebagai zero-click searches—pencarian tanpa klik. Artinya, pengguna tidak perlu lagi mengunjungi situs apa pun karena jawaban sudah langsung tersaji. 

Kondisi ini meruntuhkan fondasi yang selama ini menopang bisnis internet, tautan yang diklik menghasilkan kunjungan, dan kunjungan menghasilkan pendapatan iklan atau langganan bagi pembuat konten.

Data yang Mengejutkan

Matthew Prince, pendiri dan CEO Cloudflare, menyoroti perubahan mencolok ini. 

Sepuluh tahun lalu, Google hanya melakukan dua kali scrape (mengambil data) untuk setiap satu pengunjung yang dikirim ke situs pembuat konten. Hari ini? Perbandingannya melonjak jadi 15:1.

Yang lebih mengejutkan, perusahaan AI seperti OpenAI—dalam enam bulan terakhir—meningkatkan perbandingan pengambilan data dari 250:1 menjadi hampir 1.500 scrape untuk setiap satu kunjungan. 

Artinya, AI menyerap konten dari internet dalam jumlah masif, tetapi hanya memberi sedikit sekali kunjungan balasan kepada pembuat konten.

Bagi pembuat konten yang mengandalkan iklan atau langganan, ini menjadi pukulan telak. Orang-orang tidak lagi datang ke situs mereka. 

Pendapatan menurun. Padahal konten yang dikonsumsi melalui AI sering kali bersumber dari mereka—bukan asli buatan AI.

Lalu muncul pertanyaan penting: Apakah perusahaan AI harus membayar para pembuat konten asli?

Bukan Jalur Hukum, Tapi Solusi Teknologi

Menurut Prince, mengandalkan jalur hukum seperti gugatan dan pengadilan terlalu lambat untuk mengejar laju teknologi. 

Sebagai gantinya, ia mendorong solusi berbasis teknologi. Cloudflare, misalnya, bekerja sama dengan media besar untuk membatasi akses AI crawler—robot pengambil data—kecuali jika mereka bersedia membayar.

"Konten asli adalah bahan bakar utama mesin AI," kata Prince. "Sudah waktunya pembuat konten mengontrol bahan bakar itu dan menuntut kompensasi."

Sebagian perusahaan AI mulai menyadari pentingnya membayar konten. OpenAI, contohnya, telah menjalin banyak kesepakatan konten. 

Namun Prince mengingatkan, para kreator perlu menciptakan kelangkaan. Mereka tidak boleh lagi membiarkan konten mereka diambil gratis oleh siapa pun, apalagi oleh pesaing yang membangun produk dengan bahan dari kerja keras mereka.

Masa Depan Konten Asli yang Lebih Bernilai

Menurut Prince, ke depannya, konten dangkal dan sensasional akan kehilangan nilai. Yang akan bertahan adalah konten orisinal, eksklusif, dan bernilai tinggi. 

Misalnya, laporan cuaca rinci untuk pegunungan tertentu yang dibutuhkan para pecinta ski, bisa jadi sangat berharga—dan AI akan bersedia membayar mahal untuk mendapatkan akses eksklusif ke informasi seperti itu.

Internet tengah memasuki era baru. Konten masih menjadi raja, tapi kekuatannya kini bergantung pada siapa yang bisa mengendalikan distribusinya. 

Di tengah gempuran AI dan zero-click searches, para kreator konten dihadapkan pada tantangan untuk bertahan. 

Mereka harus lebih cerdas, lebih tegas, dan lebih kreatif dalam menjaga nilai dari karya mereka. Sebab di masa depan, nilai bukan lagi soal jumlah klik—tapi soal siapa yang punya bahan bakar untuk menggerakkan mesin kecerdasan buatan.(*)

Posting Komentar

0 Komentar