Operator AI Senjata Rahasia Baru untuk Bisnis Masa Depan

JURNAL IT - Dunia bisnis sedang mengalami perubahan besar. Kecerdasan buatan atau AI bukan lagi sekadar alat tambahan, tapi menjadi fondasi baru dalam menjalankan usaha. 

Di tengah perubahan ini, muncul satu peran penting yang mungkin belum banyak dikenal, Operator AI. 

Rachel Woods, pakar operasi AI dan pendiri DiviUp Agency, menyebut peran ini sebagai kunci dalam revolusi AI di dunia kerja.

Mengapa Operator AI Penting?

Rachel Woods mengamati bahwa perusahaan sering hanya fokus pada dua hal ketika bicara soal AI, ide besar dan teknologi. Padahal, yang paling menentukan sukses atau tidaknya implementasi AI justru adalah orang yang bisa menjembatani keduanya.

Inilah tugas seorang Operator AI. Mereka bukan teknisi, bukan juga pemimpin besar, tapi orang yang memahami proses, bisa memetakan pekerjaan, dan menerjemahkannya menjadi sistem yang bisa dijalankan AI.

“Selama prosesnya jelas, AI bisa mengerjakannya,” ujar Woods, yang pernah bekerja di tim AI Facebook. Tapi agar AI bisa bekerja dengan baik, dibutuhkan seseorang yang tahu bagaimana mengatur pekerjaan itu langkah demi langkah. Itulah Operator AI.

AI Bukan Sekadar Alat, tapi Rekan Kerja

Menggunakan AI dalam bisnis bukan seperti menyalakan saklar lampu. AI tidak otomatis bekerja. Ia harus "dilatih", diberi arahan, dan dikawal. 

Dalam banyak hal, bekerja dengan AI mirip seperti bekerja dengan manusia—perlu komunikasi yang jelas dan proses yang terstruktur.

Namun, AI tetap punya batas. Ia tidak bisa menggantikan peran manusia dalam membangun kepercayaan, menciptakan ide-ide baru, atau menjalin hubungan emosional. Di sinilah peran manusia tetap tak tergantikan.

Rachel Woods membagi peran dalam transformasi AI menjadi tiga jenis:

1. AI Visionary

Orang ini bertugas menetapkan arah. Bisa seorang CEO, COO, atau pemilik bisnis. Tugas utamanya adalah membuat keputusan besar soal ke mana AI akan digunakan dalam perusahaan.

2. AI Implementor / Tech Implement

Ini adalah orang-orang teknis—programmer, prompt engineer, atau automation engineer—yang menghubungkan AI dengan sistem kerja yang ada. Tapi sering kali mereka terlalu sibuk dengan kode, dan kehilangan gambaran besar tentang alur bisnis.

3. AI Operator

Inilah peran penentu. Operator AI bekerja mengatur proses, memecah pekerjaan besar menjadi bagian kecil, dan mengawasi AI dalam menjalankan tugasnya. Mereka bisa berasal dari latar belakang manajemen proyek atau operasional, dan tidak perlu jago teknologi. Bahkan, mereka yang tidak tahu proses lama justru sering lebih sukses, karena bertanya lebih jelas dan berpikir lebih objektif.

Model kerja yang disarankan Woods adalah membentuk satu tim kecil khusus yang membantu berbagai departemen. 

Tim ini bisa mendampingi bagian pemasaran, penjualan, keuangan, dan lainnya untuk mengimplementasikan AI tanpa tumpang tindih atau mengulang kesalahan yang sama.

CRAFT, Lima Langkah Membangun AI dalam Bisnis

Agar AI bisa diterapkan dengan baik, Woods dan timnya membuat metode CRAFT, yaitu:

1. Clear Picture (Gambaran Jelas)

Semua dimulai dari tujuan. Apa yang ingin dicapai? Prosesnya bagaimana? Wawancara dengan orang yang paham proses bisa dilakukan, lalu transkripnya diubah oleh ChatGPT menjadi SOP atau panduan kerja AI.

2. Realistic Design (Desain Realistis)

Proses besar dipecah menjadi tugas-tugas kecil. Dari sini dibentuk MVP (Minimum Viable Product) agar hasil awal bisa segera diuji coba.

3. AI-ification (AI-ifikasi)

Di tahap ini, prompt mulai dibuat dan dijalankan. Jika perlu, alat seperti Zapier bisa digunakan untuk menghubungkan sistem, sebelum nantinya ditingkatkan dengan kode yang lebih kompleks atau AI agents.

4. Feedback (Umpan Balik)

Operator AI memberikan masukan terhadap hasil kerja AI. Mulai dari isi yang kurang tepat, sampai gaya penulisan yang kurang sesuai. Semakin sering dilatih, AI akan semakin akurat.

5. Team Rollout (Peluncuran Tim)

Proses yang sudah diuji dan baik kemudian diluncurkan ke tim. Pelatihan diberikan, dan metrik keberhasilan ditentukan. Woods menyarankan peluncuran bertahap agar tim bisa beradaptasi.

Waktu Tak Lagi Jadi Hambatan

Rachel Woods memperkenalkan konsep "unlimited time" (waktu tak terbatas). Dengan AI yang bisa terus bekerja 24 jam tanpa lelah, bisnis tidak lagi dibatasi oleh waktu manusia. 

Ini membuka peluang untuk menyelesaikan lebih banyak pekerjaan penting, inovatif, dan strategis yang dulu sering tertunda karena keterbatasan tenaga.

Woods mengatakan bahwa ketakutan akan kehilangan pekerjaan karena AI adalah pandangan jangka pendek. “Tim berisi 50 orang yang bekerja bersama AI akan selalu lebih unggul dari 10 orang yang seluruh pekerjaannya digantikan AI,” tegasnya.

AI bukan pengganti manusia. Ia adalah alat bantu yang luar biasa—jika digunakan oleh orang yang tepat, dengan proses yang tepat. 

Dan di tengah semua perubahan ini, Operator AI akan menjadi jembatan penting antara teknologi dan nilai manusia.(*)

Posting Komentar

0 Komentar