Penyelundupan Chip AI Nvidia Bernilai Jutaan Dolar ke Tiongkok

JURNAL IT - Empat Terdakwa Dihadapkan pada Dakwaan Pelanggaran Kontrol Ekspor GPU Kecerdasan Buatan, berdasarkan dokumen pengadilan federal Amerika Serikat per 20 November 2025.

Chip AI Nvidia H100

Ketegangan geopolitik dalam perlombaan teknologi kembali mencuat melalui sebuah kasus hukum yang menarik perhatian komunitas keamanan siber dan industri AI global. 

Jaksa federal AS resmi mendakwa empat orang atas dugaan penyelundupan GPU Nvidia dan superkomputer HP berisi GPU Nvidia dari Amerika Serikat ke Tiongkok. Langkah yang melanggar serangkaian aturan kontrol ekspor.

Kasus ini tidak hanya menyoroti keberanian operasi lintas negara dengan memanfaatkan celah logistik, tetapi juga memperlihatkan bagaimana permintaan global terhadap chip AI kelas atas mendorong munculnya pasar gelap bernilai jutaan dolar. 

Dalam lanskap ini, chip menjadi komoditas strategis layaknya sumber daya energi.

Menurut dakwaan, empat terdakwa Mathew Ho, Brian Curtis Raymond, Tony Li, dan Harry Chen, dijerat pasal penyelundupan, konspirasi, hingga pencucian uang. Baru satu orang yang berhasil ditangkap.

1. Barang Bukti Utama, GPU Kelas Berat

Konspirasi yang dimulai pada akhir 2023 itu melibatkan 50 unit Nvidia H200, salah satu chip paling dicari di dunia AI, serta tumpukan Nvidia H100 generasi sebelumnya.

Keduanya termasuk dalam kategori hardware yang memerlukan lisensi ekspor pemerintah AS.

2. Perusahaan Janford Realtor, LLC

Di atas kertas, nama perusahaan itu terdengar seperti bisnis properti. Namun surat dakwaan menunjukkan fakta sebaliknya.

Janford tidak pernah menjual satu pun rumah. Justru perusahaan ini menjadi perantara ekspor ilegal GPU canggih ke Republik Rakyat Tiongkok.

  • Mathew Ho (warga AS), agen terdaftar Janford
  • Tony Li (warga Tiongkok), manajer operasional perusahaan
  • Bryan Curtis Raymond, pendiri “US Company 1”, menerima pembayaran hampir USD 2 juta dari Janford

Catatan publik menghubungkan Raymond dengan perusahaan AI Bitworks, yang menjual dan mendukung solusi Nvidia dan AMD.

3. Modus Operandi

Skema berjalan menggunakan pola kombinasi klasik, pembelian GPU dari vendor AS menggunakan dana dari rekening bank Tiongkok, dokumentasi pengiriman palsu, serta kontrak kerja fiktif untuk menutupi jalur distribusi sebenarnya.

Nama Raymond juga muncul sebagai CTO di perusahaan komputasi cloud AI “Corvex”. Namun juru bicara Corvex menegaskan bahwa Raymond bukan karyawan, tawaran kerja telah dibatalkan, dan perusahaan tidak terlibat dalam aktivitas yang disebut dalam dakwaan.

Juru bicara Nvidia, John Rizzo, mengatakan bahwa sistem pengawasan ekspor sangat ketat, bahkan untuk penjualan kecil di pasar sekunder, dan upaya membangun pusat data menggunakan GPU selundupan adalah “mustahil secara teknis maupun ekonomis”.

Ia menegaskan bahwa Nvidia tidak akan menyediakan dukungan, perbaikan, atau aktivasi sistem untuk produk yang dibatasi.

Pernyataan ini sejalan dengan analisis beberapa ahli yang menyebut GPU selundupan sebagai “aset mentah tanpa ekosistem”. 

Tanpa firmware, lisensi software, dan jaringan dukungan, chip-chip tersebut menjadi jauh lebih sulit dioperasikan dalam skala besar.

Mengapa Kasus Ini Penting?

Di tengah pembatasan ekspor AS, perusahaan Tiongkok tetap mampu mengembangkan model AI kelas dunia. 

Pernyataan CEO Scale AI, Alexander Wang, yang mengatakan bahwa Tiongkok kemungkinan memiliki H100 “lebih banyak dari yang diperkirakan banyak orang”, kini terlihat lebih masuk akal.

Jika terbukti benar, operasi penyelundupan semacam ini menjadi salah satu penjelasan paling konkret atas kemampuan Tiongkok mempertahankan momentum perkembangan AI mereka.

Jika chip AI diibaratkan mesin jet tempur yang sangat canggih, maka kontrol ekspor AS adalah sistem izin penerbangan tingkat tinggi yang memastikan teknologi itu tidak jatuh ke tangan lawan.

Penyelundup yang menggunakan perusahaan depan dan dokumen palsu ibarat mencoba mengirimkan mesin jet itu dalam kotak kardus bertuliskan “suku cadang mobil tua”, berharap akan lolos dari radar pengawasan.

Namun, seperti ditegaskan Nvidia, sekalipun mesin itu lolos dari bandara, membangun seluruh pesawat tempur dari suku cadang gelap tetap mustahil tanpa dukungan dari ekosistem resminya.(*)

Posting Komentar

0 Komentar