Seperti Apa Project Baru Goolge Suncatcher, AI Skalabel Luar Angkasa?

JURNAL IT - Kecerdasan Buatan (AI) merupakan teknologi fundamental yang diperkirakan mampu membentuk kembali dunia kita, mendorong penemuan ilmiah baru, dan membantu kita mengatasi tantangan terbesar umat manusia.

Dalam upaya untuk membuka potensi penuh AI, Google mengajukan pertanyaan tentang di mana kita dapat melakukan pengembangan ini.

Jawabannya mungkin terletak di perbatasan baru, luar angkasa. 

Melalui penelitian moonshot terbaru mereka, Project Suncatcher, Google mengusulkan sistem infrastruktur AI yang sangat skalabel dan berbasis ruang angkasa.

Project Suncatcher bertujuan untuk melengkapi konstelasi satelit bertenaga surya dengan Google TPU (Tensor Processing Units) dan menghubungkannya melalui tautan optik ruang bebas (free-space optical links) untuk meningkatkan skala komputasi pembelajaran mesin (ML) di luar angkasa.

Logika di balik penggunaan ruang angkasa sangat jelas:

1. Sumber Energi Tak Terbatas, matahari adalah sumber energi utama di tata surya kita, memancarkan daya lebih dari 100 triliun kali lipat dari total produksi listrik manusia.

2. Efisiensi Lebih Tinggi, di orbit yang tepat, panel surya bisa hingga delapan kali lebih produktif dibandingkan di Bumi, dan dapat menghasilkan daya secara hampir terus-menerus, sehingga mengurangi kebutuhan akan baterai.

3. Meminimalkan Dampak Terestrial, pendekatan ini memiliki potensi luar biasa untuk skala, sekaligus meminimalkan dampak pada sumber daya terestrial.

Dengan dasar pemikiran ini, luar angkasa di masa depan mungkin menjadi lokasi terbaik untuk meningkatkan skala komputasi AI.

Tantangan Utama dan Desain Sistem

Sistem yang diusulkan oleh Project Suncatcher terdiri dari konstelasi satelit berjaringan yang kemungkinan besar akan beroperasi di orbit Bumi rendah sinkron Matahari fajar–senja (dawn–dusk sun-synchronous low earth orbit). 

Pilihan orbit ini penting karena memaksimalkan pengumpulan energi surya dan mengurangi kebutuhan akan baterai onboard yang berat.

Agar sistem ini dapat berfungsi, beberapa rintangan teknis dan ekonomi harus diatasi:

1. Tautan Antar-Satelit Berkecepatan Super Tinggi

Agar AI terdistribusi bekerja layaknya pusat data darat, dibutuhkan koneksi antar-satelit dengan bandwidth puluhan terabit per detik dan latensi rendah.

Google menilai ini dapat dicapai menggunakan multi-channel DWDM transceivers dan spatial multiplexing.

Dalam uji coba laboratorium, tim berhasil mencapai 1,6 Tbps dua arah, membuktikan konsep ini layak secara teknis.

2. Formasi Satelit yang Rapat

Untuk menjaga efisiensi sinyal, satelit perlu terbang hanya ratusan meter terpisah, jauh lebih rapat daripada konstelasi orbit rendah yang ada saat ini.

Model simulasi menunjukkan konstelasi seperti ini tetap stabil dengan manuver kecil station-keeping meski terpengaruh medan gravitasi Bumi yang tidak sempurna.

3. Toleransi Radiasi TPU

Google juga menguji Trillium TPU (v6e) dalam lingkungan proton 67MeV untuk memastikan ketahanan terhadap radiasi ruang angkasa.

Hasilnya luar biasa, HBM baru menunjukkan penyimpangan setelah dosis 2 krad(Si), hampir tiga kali lipat dari dosis misi lima tahun yang diantisipasi. Ini menandakan TPU Google tahan radiasi dan siap untuk lingkungan orbit rendah.

4. Kelayakan Ekonomi

Harga peluncuran menjadi faktor penentu. Namun, analisis tren menunjukkan biaya dapat turun di bawah $200/kg pada pertengahan 2030-an.

Jika tercapai, ongkos pengoperasian pusat data orbit dapat setara dengan biaya energi pusat data terestrial per kilowatt per tahun. 

Arah Masa Depan

Google berencana meluncurkan dua satelit prototipe pada awal 2027, bekerja sama dengan Planet Labs.

Misi ini akan menguji kinerja TPU di ruang angkasa dan memvalidasi tautan optik antar-satelit untuk tugas ML terdistribusi.

Dalam jangka panjang, Suncatcher dapat berkembang menjadi konstelasi skala gigawatt, di mana setiap satelit mengintegrasikan sistem tenaga surya, modul komputasi, dan manajemen termal, layaknya system-on-chip, tetapi dalam dimensi orbital.

Proyek Suncatcher memperpanjang tradisi panjang Google dalam melahirkan inovasi berani, dari komputasi kuantum hingga kendaraan otonom Waymo.

Inisiatif ini menjadi bukti bahwa masa depan AI mungkin tidak hanya dibangun di pusat data di Bumi, tetapi juga di jaringan satelit yang mengorbit di luar angkasa.(*)

Posting Komentar

0 Komentar