Langkah Berisiko Microsoft, Akankah GitHub Kehilangan Kepercayaan Komunitas Developer?

JURNAL IT - Dunia pengembangan perangkat lunak baru-baru ini diguncang oleh gelombang protes yang disebut sebagai pertumpahan darah di media sosial seperti Twitter dan Hacker News. 

Pemicunya adalah keputusan GitHub, platform yang kini berada di bawah payung Microsoft, untuk merombak model harga GitHub Actions mereka. 

Meski menjanjikan penurunan harga sebesar 40%, kejutan sebenarnya terletak pada pengenalan biaya sebesar $0,02 per menit untuk penggunaan self-hosted runners di platform cloud GitHub.

Langkah ini dianggap sebagai kesalahan fatal yang memicu kekacauan luar biasa di kalangan pengguna. 

Mitchell Hashimoto, seorang tokoh terkemuka di komunitas developer, menyatakan bahwa mengubah kebijakan untuk mengenakan biaya pada self-hosted runners di tengah reputasi GitHub yang sedang berada di titik terendah adalah langkah yang sangat buruk. 

Alih-alih melakukan perbaikan teknis agar layanan mereka lebih menarik, GitHub justru dinilai mengambil langkah yang bersifat berlawanan dengan penggunanya,.

Pola Klasik Microsoft? Kritik yang muncul tidak hanya soal uang, tetapi soal rasa hormat terhadap pelanggan. 

Situasi ini mengingatkan banyak pihak pada kebijakan Microsoft di Windows 11 yang mempersulit pengguna untuk membuat akun lokal. 

Terdapat kecenderungan di mana perusahaan cenderung menyalahkan cara kerja pengguna daripada memperbaiki produk mereka sendiri agar lebih unggul secara teknis,.

Bahkan, upaya GitHub untuk meredam kemarahan dengan memamerkan kontribusi mereka sebesar $184 juta dalam bentuk menit gratis untuk perangkat lunak sumber terbuka (OSS) justru terasa seperti "manipulasi emosional". 

Seolah-olah perusahaan memberikan hadiah di saat yang sama mereka melakukan tindakan yang merugikan pengguna.

GitHub di Bawah Bayang-bayang AI Masalah mendasar yang disoroti adalah perubahan struktural di dalam Microsoft. 

GitHub kini tidak lagi berdiri sendiri dengan CEO yang berfokus pada pengalaman pengembang, melainkan ditempatkan di bawah organisasi Core AI. 

Jared Palmer, yang kini menjabat sebagai Senior VP GitHub, nyatanya melapor kepada VP Core AI. 

Hal ini memicu kekhawatiran bahwa fokus GitHub telah bergeser dari membangun alat pengembang yang unggul menjadi sekadar mesin pendukung bagi Co-pilot dan kecerdasan buatan,.

Faktanya, selama hampir sepuluh tahun terakhir, fitur inti seperti Pull Requests hampir tidak mengalami perubahan signifikan. 

Sementara industri telah melahirkan inovasi seperti stacked diffs, GitHub dinilai tidak melakukan upaya nyata untuk mengadopsi kemajuan teknis tersebut dalam interaksi antar developer.

Mundurnya Sang Raksasa? Menanggapi protes keras tersebut, Jared Palmer akhirnya mengumumkan penundaan pengenaan biaya untuk self-hosted runners dan mengakui bahwa mereka melewatkan kesempatan untuk mengumpulkan umpan balik dari komunitas. 

Meskipun Palmer dipandang sebagai insinyur yang cakap yang mungkin bisa memperbaiki keadaan, kerusakan reputasi sudah terjadi.

Saat ini, posisi GitHub sebagai penguasa pasar mulai dianggap terancam. 

Jika ada platform lain yang mampu menawarkan keunggulan teknis dan pengalaman pengembang yang lebih baik, bukan tidak mungkin para pengembang akan mulai meninggalkan kapal. 

Mengelola platform developer seperti GitHub tanpa mendengarkan komunitasnya ibarat sebuah kedai kopi yang memaksa pelanggan menggunakan cangkir mahal milik kedai tersebut, padahal pelanggan membawa cangkir sendiri untuk menghemat biaya. 

Alih-alih memperbaiki rasa kopi agar pelanggan sukarela membayar lebih, kedai tersebut justru mengenakan "biaya sewa meja" tambahan bagi mereka yang membawa cangkir sendiri, sebuah langkah yang tentu saja membuat pelanggan setianya melirik kedai di seberang jalan.

Komunitas kini hanya menuntut satu hal sederhana, GitHub harus kembali fokus pada keunggulan teknis dan menghargai perangkat lunak sumber terbuka yang mereka inangi.(*)

Posting Komentar

0 Komentar