Punya Ambisi Besar Tapi Sering Menunda? Kamu Wajib Baca Ini!

JURNAL IT - Banyak dari kita memiliki ambisi yang tinggi, mimpi besar tentang kesuksesan, penguasaan keterampilan, atau pencapaian kehormatan.

Namun sering kali, ambisi yang kuat ini justru terasa seperti beban, menjebak kita dalam lingkaran penundaan dan frustrasi. 

Bagi para samurai di masa lalu, mereka memahami dengan jelas kebenaran yang menyakitkan, ambisi tanpa tindakan adalah jebakan yang melemahkan.

Di Jepang feodal, hiduplah seorang samurai muda bernama Yuki, yang bermimpi menjadi pejuang terhebat di negeri itu. 

Ia menghabiskan waktu berjam-jam membahas rencana, membaca kisah pertempuran, dan membayangkan kemenangannya. 

Ia percaya bahwa ambisi yang kuat secara alami akan membawanya pada kehebatan. 

Namun, ketika tiba waktunya untuk berlatih, Yuki selalu menemukan alasan, cuaca tidak tepat, ia merasa tidak enak badan, atau ia perlu merencanakan lebih hati-hati.

Tahun demi tahun berlalu. Sementara mimpi Yuki semakin membesar, keterampilannya tetap kecil. 

Ia menyadari kebenaran pahit bahwa mimpinya tidak mengangkatnya, sebaliknya ambisinya tanpa aksi telah membuatnya frustrasi, tidak siap, dan penuh penyesalan.

Inilah inti dari sifat manusia, identitas sebagai seorang "pemimpi" menciptakan kesenjangan antara apa yang diinginkan dan apa yang ingin dilakukan. 

Yuki menemukan kenyamanan dalam membayangkan masa depannya, daripada menanggung ketidaknyamanan praktik harian. 

Berbicara tentang rencana tanpa bertindak justru memberi penghargaan kepada pikiran seolah-olah sudah mencapai sesuatu. 

Mimpi tanpa tindakan secara diam-diam membuang waktu, dan waktu yang hilang tidak akan pernah bisa direbut kembali.

Motivasi Adalah Api yang Mengikuti, Bukan Percikan yang Memulai

Seringkali, kita menunggu motivasi sebelum memulai pekerjaan. Kita menunggu perasaan siap. 

Guru besar samurai Miyamoto Musashi memahami bahwa menunggu inspirasi adalah sia-sia. 

Menunggu motivasi sebelum memulai seperti menunggu cuaca sempurna sebelum memulai perjalanan, Anda mungkin akan menunggu selamanya.

Kebenarannya adalah bahwa motivasi bukanlah percikan yang menciptakan aksi. Sebaliknya, motivasi lebih sering merupakan nyala api yang mengikutinya. 

Aksi membawa momentum, dan momentum menghasilkan energi yang kita salah artikan sebagai inspirasi. 

Mereka yang paling banyak mencapai bukanlah mereka yang merasa terinspirasi setiap hari, tetapi mereka yang bertindak bahkan ketika mereka tidak merasakannya.

Kaizen No Michi, Jalan Perbaikan Kecil

Para samurai menangkap prinsip ini dalam filosofi Kaizen No Michi, atau jalan perbaikan kecil berkesinambungan. 

Mereka menjadi kuat bukan melalui ledakan energi yang tiba-tiba, melainkan melalui ritme pengulangan yang tenang dan sederhana. 

Mereka berkata, "Gunung didaki selangkah demi selangkah... bukan dengan menatap puncaknya dan berharap berada di sana".

Musashi mendedikasikan dirinya pada tindakan kecil yang mantap, dilakukan setiap hari, bukan mencoba mengubah hidupnya dalam satu momen inspirasi.

Bayangkan seorang siswa samurai yang merasa malas, namun memilih untuk melatih satu bentuk pedang setiap pagi. 

Usaha kecilnya mungkin ditertawakan oleh teman-temannya. Namun, seiring waktu, gerakan itu menjadi otomatis, tubuhnya menjadi lebih kuat, tekniknya lebih tajam, dan disiplinnya semakin dalam. 

Beberapa bulan kemudian, ia menyadari bahwa ia telah membangun fondasi yang memungkinkan ia mempelajari keterampilan lanjutan dengan mudah, sementara teman-temannya yang menunggu motivasi tetap berada di garis awal.

Dengan cara ini, langkah terkecil dapat membawa kekuatan yang lebih besar daripada rencana termegah.

Disiplin Melampaui Perasaan

Persiapan tanpa praktik hanyalah penundaan yang terselubung (prokrastinasi). Berbicara tanpa melakukan menciptakan ilusi kemajuan.

Kebutuhan kita akan motivasi sering kali datang dari rasa takut. Takut akan ketidaknyamanan, atau takut bahwa upaya kita tidak akan terasa bermanfaat. 

Namun, disiplin bukanlah tentang menghindari perasaan ini, disiplin adalah tentang melewatinya. 

Kekuatan sejati bukanlah kemampuan untuk bertindak ketika kondisi sempurna, tetapi kemampuan untuk bertindak ketika kondisi tidak sempurna.

Jalan samurai untuk mengatasi kemalasan bersifat sederhana namun mendalam:

  1. Mulailah dengan tindakan harian kecil, tidak peduli seberapa tidak penting kelihatannya.
  2. Jangan menunggu untuk merasa siap, karena kesiapan adalah ilusi.
  3. Jangan menaruh kepercayaan pada emosi, karena perasaan bersifat sementara, sebaliknya letakkan kepercayaan Anda pada kebiasaan dan komitmen.

Yagyu Munanori, salah satu guru samurai besar, pernah berkata, "Pedang yang menunggu kondisi sempurna tidak akan pernah meninggalkan sarungnya.". 

Jika Anda menunggu momen yang tepat, Anda mungkin menunggu selamanya. 

Kekuatan untuk bertindak tanpa menunggu motivasi adalah kekuatan untuk membentuk hidup Anda. 

Seperti yang dikatakan para pejuang: "Saya tidak dikendalikan oleh perasaan saya, saya dipandu oleh komitmen saya".(*)

Posting Komentar

0 Komentar