JURNAL IT - Selama satu tahun terakhir, Elon Musk telah menjadi pemilik Twitter. Namun, apa yang mendorongnya untuk mengambil langkah besar ini?
Apa yang dia ungkapkan dalam sebuah wawancara eksklusif di acara podcast The Joe Rogan Experience?
Elon Musk dalam salah satu sesi wawancara podcast bersama Joe Rogan |
Dalam obrolan santai dengan Joe Rogan, Musk mengungkapkan pemikirannya tentang akuisisi Twitter.
Pertama-tama, Joe Rogan menanyakan bagaimana perasaan Elon setelah setahun memiliki Twitter. Apakah ia pernah bangun di tengah malam dengan perasaan bahwa dia mungkin tidak seharusnya melakukannya?
Elon Musk merespons, "Itu tentu saja resep bagi masalah. Saya khawatir bahwa Twitter memiliki dampak buruk pada peradaban.
Lokasinya di pusat kota San Francisco adalah salah satu masalah utamanya. Saat Anda berjalan-jalan di sekitar kantor pusat Twitter, itu terasa seperti kiamat zombie."
Musk kemudian menjelaskan bahwa Twitter, pada dasarnya, telah menjadi senjata informasi teknologi yang digunakan untuk menyebarkan apa yang dia sebut "virus pikiran."
Ini adalah filosofi yang pada awalnya terbatas secara geografis, tetapi Twitter memberikannya kekuatan untuk menyebar ke seluruh dunia.
Musk menyoroti bahwa dampak virus pikiran ini sangat jelas ketika Anda melihat jalanan di pusat kota San Francisco.
Selain itu, Twitter juga secara aktif menekan pandangan yang berlawanan. Untuk menyebar, virus ini harus menekan pandangan yang berlawanan.
Sekelompok pejalan kaki dan media menyaksikan penghapusan sebagian papan nama Twitter di kantor pusat perusahaan tersebut di San Francisco. |
Elon Musk dan Joe Rogan setuju bahwa Twitter telah menjadi semacam "kultus kematian," karena dalam beberapa kasus, orang-orang bahkan mendukung kepunahan manusia.
Elon merujuk pada individu yang secara terbuka menyuarakan pandangan ini dan bahkan berkata, "Ada 8 miliar orang di dunia, tetapi lebih baik jika tidak ada satu pun." Ini adalah pandangan yang sulit dipahami oleh banyak orang.
Musk dan Rogan juga membahas bagaimana Twitter dalam bentuk lama adalah alat propaganda yang digunakan untuk mengendalikan narasi yang sesuai dengan kebijakan pemerintah.
Mereka membatasi dan bahkan melarang pandangan yang tidak sesuai dengan apa yang dianggap benar oleh otoritas.
Pendekatan tersebut membuat banyak ilmuwan dan pemikir independen seperti Jay Bachara dari Stanford dan Alex Berenson merasa terbebani dan dibatasi.
Ini menciptakan suasana di mana hanya pandangan yang sesuai dengan pemerintah diperbolehkan, dan itu merupakan ancaman bagi kebebasan berbicara.
Joe Rogan juga membahas sejumlah orang yang berkuasa di Twitter dan media sosial secara umum. Dia menyebutnya sebagai "aktor pemerintah," karena mereka secara efektif menjadi bagian dari pemerintah dalam memengaruhi opini dan menyensor pandangan yang berlawanan.
Musk kemudian membahas peran teknologi dalam memberikan kekuatan kepada kelompok-kelompok ekstrem. Dia berpendapat bahwa teknologi dapat menjadi senjata yang sangat berbahaya jika dikelola oleh orang-orang dengan pandangan radikal.
Ini adalah salah satu alasan mengapa dia sangat memperhatikan keselamatan kecerdasan buatan (AI) dan berusaha memastikan bahwa AI tidak jatuh ke tangan kelompok yang berpotensi merusak.
Elon Musk berbicara dengan awak media selama AI Safety Summit di Bletchley Park di Bletchley untuk membangun pengawasan terhadap pengembangan kecerdasan buatan |
Selama wawancara, Musk juga membahas bagaimana Twitter telah berubah dari alat pengaruh ideologi sempit di daerah tertentu menjadi senjata global yang mengancam stabilitas sosial.
Dia menyatakan bahwa Twitter seharusnya mencerminkan kesadaran kolektif manusia dan menerima beragam pandangan, asalkan tidak melanggar hukum.
Elon Musk menekankan pentingnya memahami bahwa kebebasan berbicara dan keragaman pandangan adalah bagian dari esensi Twitter.
Meskipun pandangan mungkin berbeda-beda, Twitter harus tetap menjadi tempat di mana manusia dapat berinteraksi dan berbagi berbagai perspektif.
Dalam sebuah dunia yang semakin terhubung secara digital, wawancara ini mengingatkan kita tentang betapa pentingnya menjaga kebebasan berbicara dan mendorong diskusi yang sehat di platform online, terutama ketika platform tersebut memiliki pengaruh yang begitu besar seperti Twitter.
Wawancara eksklusif ini menggambarkan perjalanan pemilik Twitter yang mengubah platform media sosial tersebut dan memberikan gambaran tentang pentingnya mempertahankan kebebasan berbicara dan keragaman pandangan di era digital.
Itu adalah perubahan besar yang dapat berdampak pada cara kita menggunakan dan memahami media sosial dalam kehidupan sehari-hari.(*)
0 Komentar