JURNAL IT - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, dengan bangga mengumumkan bahwa proyek ambisius SATRIA-1 telah mencapai tonggak bersejarah.
Satelit canggih ini sukses memasuki orbitnya di luar angkasa pada Senin (30/10). Lebih menarik lagi, jadwal operasional SATRIA-1 telah diumumkan, dan kita akan dapat menikmati layanannya pada awal tahun 2024.
Sebuah terobosan teknologi yang bakal membawa transformasi besar-besaran dalam layanan internet di Indonesia.
Menurut Budi Arie Setiadi, SATRIA-1 akan melayani kantor-kantor pemerintahan dan layanan publik di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar, dikenal sebagai 3T.
Dengan kapasitas luar biasa sebesar 150 Gbps, satelit ini akan menjadi tulang punggung bagi konektivitas internet di seluruh negeri ini, menghubungkan lebih dari 30 ribu titik di wilayah 3T.
Ini adalah sebuah tonggak penting bagi Indonesia yang terkenal akan keragaman geografisnya.
Budi Arie Setiadi menekankan betapa pentingnya teknologi satelit dalam konteks Indonesia yang luas.
Kita semua tahu bahwa Indonesia adalah negara yang luas, dengan banyak wilayah yang sulit dijangkau oleh infrastruktur kabel. Teknologi satelit adalah jawaban atas tantangan ini, memungkinkan akses internet berkualitas ke mana-mana.
Selain SATRIA-1, wilayah 3T juga akan dilengkapi dengan menara telekomunikasi atau BTS yang akan dibangun oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo.
Para hadirin terlihat antusias hadir memenuhi lokasi nobar sejak pukul 04.00 WIB dan diawali dengan melaksanakan Salat Subuh berjemaah di lokasi acara sebelum menonton acara peluncuran SATRIA-1 |
Pada akhir November ini, rencananya akan ada 5.600 BTS yang akan melayani masyarakat di wilayah 3T. Dan menariknya, pemerintah akan mensubsidi biaya akses internet di wilayah-wilayah ini.
Namun, perlu dicatat bahwa layanan internet melalui BTS 4G yang dikerjakan oleh BAKTI Kominfo tidak akan gratis seperti SATRIA-1.
Budi Arie Setiadi menjelaskan bahwa ada perhitungan biaya yang mendasarinya, dan biaya tersebut akan disubsidi oleh pemerintah.
Di daerah 3T, di mana jumlah pelanggan mungkin terbatas, subsidi ini sangat diperlukan untuk memastikan akses internet yang terjangkau.
SATRIA-2
Sebelum mencapai tonggak bersejarah ini, SATRIA-1 melalui serangkaian tahapan yang rumit. Diluncurkan pada 18 Juni 2023, satelit ini mencapai orbit geostasioner pada 30 Oktober dan mengorbit di 146 derajat Bujur Timur, tepat di atas Pulau Papua.
Dengan ketinggian lebih dari 36,000 kilometer di atas permukaan bumi, SATRIA-1 sekarang siap untuk beroperasi penuh.
Tak lupa, SATRIA-1 meluncur ke luar angkasa dari Cape Canaveral, Florida, AS, menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX pada 19 Juni 2023.
Butuh waktu sekitar empat bulan untuk mencapai orbit yang dituju, menandai pencapaian luar biasa dalam proyek ini.
Namun, seiring dengan keberhasilan SATRIA-1, rencana untuk SATRIA-2 juga sudah dimulai.
Rencana pengadaan proyek satelit SATRIA-2 sedang dibahas ulang, berdasarkan kapasitas yang telah ada pada SATRIA-1 dan pemancar 4G yang terpasang di daerah pelayanan universal.
Pemerintah Indonesia selangkah lebih maju dalam upaya menjaga Indonesia tetap terhubung di seluruh negeri.
Menurut Fadhilah Mathar, Direktur Utama BAKTI Kemenkominfo, SATRIA-1 akan menjalani serangkaian pengujian sebelum beroperasi penuh pada akhir Desember 2023. Ini termasuk pengujian segmen satelit dan uji coba orbit untuk memastikan performa maksimal.
Semua ini dilakukan untuk memastikan bahwa layanan internet yang akan disediakan oleh SATRIA-1 adalah yang terbaik.
Satelit Satria-1 |
Di sisi lain, Sarwoto Atmosutarno, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penyelesaian dan Optimalisasi Program Penyediaan Infrastruktur Telekomunikasi dan Informasi pada BAKTI Kemenkominfo, menjelaskan bahwa salah satu keunggulan teknologi satelit ini adalah transfer data yang lebih tinggi.
Spot beam atau cakupan lokasi pelayanan juga dapat diatur dengan fleksibel, memastikan bahwa kapasitas data internet per titik lokasi layanan dapat diatur sesuai kebutuhan.
Percakapan tentang SATRIA-2 sedang berlangsung, dan proyek ini akan memerlukan waktu 3-4 tahun untuk direalisasikan. Dengan demikian, Indonesia akan terus memajukan teknologi satelit untuk memenuhi kebutuhan akses internet yang terus berkembang di seluruh negeri.
I Ketut Prihadi, seorang praktisi hukum dan regulasi telekomunikasi, menyoroti pentingnya menilai ulang rencana SATRIA-2 berdasarkan kebutuhan yang ada.
Terutama, dengan pertimbangan kapasitas yang sudah ada di SATRIA-1 dan pemancar 4G yang ada di wilayah pelayanan universal. Kedua faktor ini harus dihitung secara matang untuk memastikan investasi yang efisien.
Selain itu, penting untuk menjelaskan apakah akan ada biaya akses layanan telekomunikasi dari SATRIA-1 ketika beroperasi penuh pada akhir Desember 2023.
Semua hal ini merupakan langkah penting dalam memastikan bahwa teknologi satelit menjadi alat yang efektif dalam menyediakan akses internet yang terjangkau dan berkualitas bagi masyarakat Indonesia.
Dengan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah dan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi, kita dapat melihat masa depan cerah bagi konektivitas internet di Indonesia, terutama di daerah-daerah 3T yang sebelumnya kesulitan mendapatkan akses yang memadai.
SATRIA-1 adalah tonggak awal dalam sebuah perjalanan yang panjang menuju konektivitas yang merata di seluruh negeri ini.
Semoga dengan upaya ini, kita akan melihat kemajuan yang signifikan dalam layanan internet Indonesia.(*)
0 Komentar