JURNAL IT - Apakah Anda pernah merasa coding itu terlalu sulit untuk dikuasai? Jika iya, Anda tidak sendiri.
Banyak pemula berpikir mereka gagal karena tidak cukup pintar, padahal masalah sebenarnya bukan pada kemampuan mereka, melainkan pada cara mereka belajar.
Sebagian besar pemula menghabiskan waktu berjam-jam menonton tutorial, menyalin kode, dan menghafal sintaks, berharap pencerahan akan datang suatu hari.
Namun cara ini bukan belajar. Ini hanya menciptakan ilusi kemajuan.
Anda mungkin tampak sibuk, tetapi tidak benar-benar membangun apa pun.
Masalah muncul ketika tujuan belajar bergeser, bukan lagi untuk menciptakan sesuatu, melainkan untuk merasa pintar.
Anda menonton deretan video YouTube tentang tech stack, menelusuri konten AI di media sosial, bahkan mencoba banyak bahasa pemrograman sekaligus dalam dua minggu pertama.
Hasilnya? Anda tahu banyak istilah, tapi tidak punya satu pun proyek yang berfungsi.
Di dunia teknologi pengetahuan saja tidak dibayar, kemampuan menyelesaikan masalah-lah yang dihargai.
Tidak ada perusahaan yang mencari orang yang mengerti for loop, tetapi mereka akan membayar seseorang yang bisa memperbaiki bug sebelum deadline tiba.
AI Bukan Jalan Pintas, Hanya Alat Bantu
Kemunculan alat bantu seperti ChatGPT atau Cursor semakin memperkuat jebakan ini.
Anda mungkin merasa luar biasa ketika AI menghasilkan kode untuk proyek yang rumit.
Namun, jika Anda tidak memahami apa yang dibuat, Anda hanya menjadi penjaga sementara dari kode yang tidak Anda kuasai.
Tanpa pemahaman, Anda tidak bisa memelihara, memperbaiki, atau menjelaskan kode itu tanpa kembali bertanya ke AI.
Dalam jangka panjang, ketergantungan semacam ini justru menghambat kemampuan berpikir logis dan pemecahan masalah.
Burnout dan Model Belajar yang Salah
Mari melihatnya dari sisi bisnis. Dalam konteks ini, Lifetime Value (LTV) Anda sebagai pengembang adalah kemampuan membangun dan meluncurkan sesuatu. Jika Anda tidak pernah menyelesaikan satu proyek pun secara utuh, nilai itu tetap mendekati nol.
Sebaliknya, Cost of Acquisition (CAC) Anda, waktu, tenaga, dan stres terus meningkat karena belajar dengan cara yang salah.
Kombinasi CAC tinggi dan LTV rendah adalah model bisnis terburuk yang bisa Anda jalankan.
Di sinilah banyak orang menyerah, bukan karena coding terlalu sulit, tapi karena cara mereka belajar membuat mereka kehabisan energi.
Kuncinya adalah bergeser dari pembelajar pasif menjadi pembangun aktif. Berikut empat langkah utama untuk melakukannya:
1. Tentukan pelanggan Anda.
Fokus pada satu orang dan satu masalah nyata. Misalnya, “siswa di Indonesia membutuhkan aplikasi belajar bahasa yang interaktif.”
2. Kunci satu stack.
Pilih satu frontend, satu backend, dan satu database. Fokus pada pengalaman berulang (reps). Spesialis dengan hasil nyata lebih berharga daripada generalis yang hanya berpindah alat.
3. Bangun MVP (Minimum Viable Product).
Fokus pada inti aplikasi: login, aksi, dan hasil. Jangan kejar 10 fitur sekaligus. Bangun sesuatu yang sederhana tapi berfungsi.
4. Bagikan kemajuan Anda secara terbuka.
Unggah tangkapan layar, video singkat, atau update mingguan. Ini membangun kredibilitas, menarik pengguna, dan memperluas jaringan Anda.
5. Menjadi Talenta yang Langka
Begitu Anda menyelesaikan satu proyek nyata dari awal hingga akhir, segalanya berubah. Anda mulai memahami alur debugging, membaca kode orang lain, dan menggunakan AI dengan cara yang benar sebagai asisten, bukan sebagai bos.
Ketika Anda bisa berkata, “Ini aplikasi yang saya bangun, ini penggunanya, dan ini hasilnya,” Anda tidak lagi bersaing di level pemula. Anda sudah naik kelas menjadi up-market talent, seseorang yang dicari, bukan yang melamar.
Di tahun 2025, kemampuan untuk mengambil ide, menulis kode, mengujinya, dan meluncurkannya dengan cepat menjadi keahlian paling dicari di dunia teknologi, baik untuk pekerjaan bergaji tinggi maupun untuk membangun startup sendiri.
Berhenti Menunggu Waktu yang Tepat
Menunggu waktu ideal, stack terbaik, atau rekan pendiri yang sempurna hanya menunda langkah Anda.
Satu prototipe yang berfungsi jauh lebih berharga daripada seribu rencana belajar.
Coding bukan mustahil. Ia hanya terasa sulit jika Anda berhenti di tahap konsumsi.
Begitu Anda mulai membangun untuk pengguna nyata, dengan satu masalah, dan satu stack, Anda akan menemukan bahwa coding bukan sekadar keterampilan, tapi senjata yang mengubah arah hidup Anda.(*)
0 Komentar